Oleh: Abdul Haris Iriawan *)
MANTAN Menko Polhukam Mahfud MD sudah lempar bola. Dia menduga aksi Penguntitan (ala Spion Melayu, Red) yang dilakukan terhadap Jampidsus Dr. Febrie Adriansyah oleh oknum Densus 88 Anti Teror Jateng dan Jabar karena perebutan untuk pergantian Owner (Pemilik) mafia timah.
Guru Besar Hukum UII Yogyakarta beralasan sebentar lagi rezim politik akan berubah (Oktober 2024 Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden, Red) sehingga mafia yang berkuasa sekarang dan diback up itu harus diganti.
Hanya pendapat Mahfud yang dikenal integritas dan berani bersikap beda selama benar itu tidak menunjuk hidung mafia yang dimaksud, seperti disampaikan dalam akun Youtube Mahfud MD Official, Kamis (6/9).
Dari investigasi Portalkriminal. Id dan Holopis. Com dugaan Mahfud MD informasi tersebut sudah muncul tiga bulan lalu.
Bahkan, mereka disebut aktifis lingkungan di Babel diduga dekat dengan rezim baru sudah ancang-ancang untuk mengambil alih.
Mereka juga bukan pemain baru, sebab sudah lama berkecimpung dalam bisnis pengolahan timah di Kabupaten Bangka.
Lepas dari semua itu, pendapat Mahfud ini menarik lantaran sampai kini, tidak ada keterangan resmi dari pihak terkait Motif dibalik aksi Penguntitan yang berlangsung hampir sebulan, sejak 23 April sampai Kamis (16/5).
Semua bungkam seolah kejadian kejadian penguntitan tersebut yang tidak lazim dilakukan oleh satuan organik alias resmi dari sebuah institusi dianggap ‘wajar. ‘
Kalau pun ada, hanya seliweran informasi aksi itu disebut terkait penanganan Skandal Mega Korupsi Timah yang merugikan negara Rp 300 triliun.
Padahal, sudah banyak berkembang di ruang Publik soal kenapa Jampidsus Dr. Febrie Adriansyah yang disasar bukan Jaksa Agung ST. Burhanuddin ?
Pendapat itu didasarkan kepada argumen setiap perkara yang penting harus diekspos (gelar perkara) di depan Jaksa Agung ?
Lalu, peran Intelijen ikut dipertanyakan terkait antisipasi aksi penguntitan dan dua aksi lain, berupa Drone yang seliweran di Depan Gedung Menara Kartika Adhyaksa tempat Jampidsus dan Jampidmil berkantor ?
Berikutnya, soal kepentingan pihak tertentu yang terancam lantaran Kejaksaan Agung terus bergerak dan tidak berhenti pada Harvey Moeis dan Helena Lim dalam penyidikan Skandal Tambang Timah Ilegal.
Terakhir, ikut diperiksa Robert Prihantono Bonosusatya alias Robert Bono yang diduga kenal dekat dengan sejumlah Jenderal ?
Aneka dugaan di ruang Publik tidak bisa dihindari yang akhirnya bermunculan penumpang gelap tentu, dengan sejumlah agenda pula.
Kursi Jaksa Agung Periode 2024 – 2029 salah satunya dan malah disebut paling dominan.
PERSIDANGAN TAMRON
Harapan kita sekarang, adalah menunggu persidangan tersangka Tamron Tamsil (Beneficial Owner CV. Venus Inti Perkasa (VIP) dan Manajer Operasional CV. VIP Achmad Albani.
Belum lama, berkas perkara dua tersangka sudah dilimpahkan ke Penuntut Umum dan diperkirakan dua Minggu berikutnya berkas dilimpahkan ke pengadilan setelah surat dakwaan selesai disusun.
Kenapa perkara Tamron sangat penting dan menjadi rujukan.
Dasarnya, sederhana tersangka patut diduga telah menjadi bagian dari mafia tambang timah ilegal ?
Seperti disampaikan Kapuspenkum Ketut Sumedana, tersangka diduga telah menyerahkan hasil tambang timah ilegal kepada Harvey Moeis (Perwakilan PT. Refined Bangka Tin) melalui Manajer PT. QSE Helena Lim dibungkus dana CSR.
Tidak disebutkan alasan Tamron harus serahkan uang kepada Harvey Moeis. Lalu, atas perintah siapa Harvey mengumpulkan pundi -pundi uang tersebut ?
Dari berbagai informasi Harvey adalah bagian dari sejumlah pengusaha yang mengambil-alih alih Artha Graha Network (AGN) pada 2016.
AGN diduga sudah memulai bisnis tersebut sejak 2007. (Wartawan Senior *)