Seperti Karakter Prabowo, Bukan Penghamba Kekuasaan Dipercaya Sebagai Jaksa Agung Mendatang

Oleh: Abdul Haris Iriawan *)

NAMANYA ambisi, maka aneka cara dan kesempatan digunakan guna pencapaian ambisi.

Bahkan, tak jarang adab dan etika diabaikan.
Pemahaman ini untuk membedakan dengan ambisi dalam pengertian positif. Keinginan untuk mencapai sesuatu, tapi dilakukan dengan cara santuy (istilah Generasi Milenial, Red) dengan mengaca kepada kapasitas dan kapabilitas diri.

Satu kata ini muncul satu pekan terakhir seiring bakal ditunjuknya anggota Kabinet Prabowo Subianto, terkhusus kursi Jaksa Agung.

Jabatan ini sengaja disorot terkait program Prabowo Subianto dalam pemberantasan korupsi dan tertib anggaran (tidak mencari duit dari proyek yang dibiayai APBN, Red).

Selain upaya pemaksimalan pergantian dan kerugian perekonomian keuangan negara guna disetor ke APBN yang lima tahun terakhir akhir terengah- engah lantaran pembayaran bunga bank atas utang yang menumpuk.

Berbagai Skandal Besar sudah dan terus diungkap dan puluhan triliun disetor oleh Jampidsus Dr. Febrie Adriansyah, tidak membuat langkah Febrie dengan Jajaran Tim Satgassus berhenti.

Dugaan korupsi penggunaan lahan negara untuk perkebunan sawit yang menyamai kerugian perkara tambang timah ilegal Rp 300 triliun berhasil dibongkar bulan ini !

Sementara tertib anggaran sudah dan terus digalakkan di seantero Kejaksaan se-tanah air dimulai oleh Untung Wakil Jaksa Agung periode Mei 2020 – Januari 2022 melalui Program WBK dan WBBM.

Saat itu dijabat Dr. Setia Untung Arimuladi yang belum lama lulus dengan Cum Laude pada Program Doktor Paska Sarjana Undip.

BUKAN TIPIKAL PENGHAMBA

Kembali kepada ambisi di atas, pengertian ambisi pertama, cenderung dilakukan oleh pribadi yang tidak percaya diri dan tidak mempunyai kapasitas dan kompetensi diri.

Umumnya pula, mereka pencari pekerjaan dan atau penghamba kekuasaan. Kepentingan Diri dan kelompok lebih dikedepankan !

Jika kita melebar sedikit dan menyorot kinerja Prabowo Subianto saat menjabat Menhan, para pejabat yang dipromosi memiliki kapasitas dan kompetensi, Letjen Purn. Herindra sebagai contoh yang terakhir diusulkan sebagai Kepala BIN.

Herindra, adalah peraih Adhi Makayasa, Mantan Danjen Kopassus dan sederet jabatan strategis lainnya.

Dus, karena itu dalam konteks posisi Jaksa Agung hampir pasti kandidat yang bakal dipercaya memiliki latar belakang mumpuni, baik pendidikan dan teruji saat menjabat serta jauh aneka masalah.

Disamping itu, mereka tidak menonjolkan diri dan jauh dari publisitas kendati sejumlah kinerja ciamik ditoreh.

Mereka bekerja dalam kesunyian dan terkadang sampai tengah malam guna menyelesaikan tupoksi (tugas pokok dan fungsi).

Terakhir, mereka selalu menganggap dirinya kurang dan terus berusaha menggapai kesempurnaan meski yang dicapai sudah melebihi target.

Jadi mereka layaknya kaum akademisi larut dalam penelitian dan pengkajian. Doktor dan Profesor diraih bukan sekedar mengejar persyaratan formal dan memaksakan diri

Oleh sebab itu pula, mereka tidak menonjolkan diri. Tau diri dan tau menempatkan diri.

Mereka ini yang bakal dipercaya Prabowo Subianto sebagai Jaksa Agung mendatang.
(Wartawan Senior *)